Daán yahya/Republika

Sejarah Perang Uhud

Pertempuran yang terjadi pada bulan Syawal ini menjadi pelajaran berharga bagi Muslimin.

Oleh: Hasanul Rizqa

Gunung Uhud (Jabal Uhud) tidak seperti kebanyakan pegunungan di Indonesia. Tingginya hanya sekira 1.050 meter. Jaraknya sekitar lima kilometer dari arah timur laut pusat Kota Madinah al-Munawwarah.

 

Dinamakan demikian karena posisi bukit ini kelihatan seperti menyendiri (uhud). Gunung kecil tersebut merupakan bukit terbesar di kawasan sekitar Madinah. Dari kejauhan, tampak warnanya kemerah-merahan—seolah mengingatkan orang-orang pada peristiwa historis yang pernah terjadi di sana.

 

Sejarah mencatat, Perang Uhud berlangsung pada 15 Syawal, tahun ketiga Hijriah, atau sekitar Maret 625 Masehi. Palagan ini dipicu keinginan balas dendam dari orang-orang kafir Quraisy seusai kekalahan dalam Perang Badar. Mereka tidak kuat menanggung malu di hadapan seluruh bangsa Arab kala itu akibat kemenangan Muslimin dalam palagan yang pecah pada Ramadhan tahun kedua Hijriyah tersebut.

 

Menjelang Pertempuran Uhud, kaum musyrikin Quraisy mengadakan persiapan yang sangat lengkap. Mereka kali ini tidak mau meremehkan pasukan Muslimin. Sementara itu, Nabi Muhammad SAW memberikan instruksi agar umat Islam menyongsong musuh di luar Kota Madinah.

 

Inilah strategi yang diterapkan Rasulullah SAW. Sebanyak 50 pasukan pemanah diposisikan di atas Jabal Uhud. Mereka diperintahkan untuk melakukan serangan apabila kaum Quraisy menyerbu, terutama pasukan berkudanya. Tentara Islam berjumlah sekitar 700 orang, sedangkan dari pasukan Quraisy mencapai kurang lebih tiga ribu personel.

 

Sebagaimana banyak dikisahkan dalam berbagai buku sejarah Islam, Rasulullah SAW membagi pasukan Muslim menjadi dua. Bagian pertama berada di sayap kanan yang ditempatkan di kaki bukit Uhud, dan sayap kiri berada di kaki bukit Ainayn.

 

Pasukan di sayap kanan bisa dipastikan lebih aman karena terlindungi bukit Uhud, sedangkan di sayap kiri memiliki risiko yang sangat berbahaya, karena pasukan musuh dapat menyerang dengan mengitari bukit Ainayn. Untuk mengawal pasukan di sayap kiri ini, Rasulullah SAW menempatkan sekitar 50 orang pemanah di Ainayn dengan pimpinan Abdullah bin Zubair. Rasulullah SAW memerintahkan pasukan pemanah ini untuk selalu berada di tempatnya dan tidak turun ke kaki bukit, apa pun yang terjadi, baik menang maupun kalah.

 

Adapun kubu Quraisy, yang dipunggawai Abu Sufyan, membagi pasukannya menjadi tiga bagian. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid. Kelompok inilah yang akan berhadapan dengan pasukan Islam yang menetap di sayap kiri. Kemudian, sayap kiri Quraisy dipimpin Ikrimah bin Abu Jahl. Bagian tengah dan sekaligus panglima bagi kedua sayap itu dipimpin oleh Amr bin Al-Ash. Abu Sufyan menempatkan 100 orang pemanah di barisan depan.

 

Saat peperangan mulai berlangsung, pasukan Muslim yang ada di sayap kanan berhasil melumpuhkan sebagian tentara Quraisy. Kaum kafir Quraisy pun berlarian dan meninggalkan sebagian harta benda mereka di medan perang.

DOK WIKIPEDIA

Melihat kondisi ini, kaum Muslimin termasuk bagian sayap kiri dan pasukan pemanah yang berada Ainayn, turut serta mengambil harta benda kafir Quraisy yang akan menjadi harta rampasan perang (ghanimah). Akibatnya, mereka meninggalkan masing-masing pos-nya.

 

Kesempatan ini digunakan oleh pasukan kafir Quraisy yang berada di sayap kanan, di bawah pimpinan Khalid bin Walid untuk maju menyerang sayap kiri umat Islam di Ainayn yang telah ditinggalkan, termasuk oleh para pemanah umat Islam. Akibatnya, begitu pasukan pemanah turun, pasukan Khalid berhasil menguasai lokasi tersebut dan akhirnya mereka berhasil melumpuhkan pasukan Islam. Kemenangan umat Islam yang sudah berada di depan mata, akhirnya sirna.

 

Dalam peristiwa ini, Rasul SAW mengalami luka-luka. Gigi geraham Rasul SAW tanggal (copot) terkena lemparan batu, sedangkan wajah beliau juga berdarah akibat luka-luka. Bibirnya pecah-pecah. Banyak dari batu-batu yang mengenai beliau dilempar oleh Utbah bin Abi Waqqash.

 

Pasukan Quraisy kemudian mengabarkan berita bohong bahwa mereka telah membunuh Rasulullah SAW. Akibatnya, kaum Muslimin menjadi lemah. Orang-orang munafik yang ada di antara pasukan umat Islam berusaha mencari perlindungan kepada Abu Sufyan. Sebagian lagi tetap bertahan dan sekuat tenaga mempertahankan panji-panji Islam.

 

Dalam peperangan ini, sekitar 70 orang pasukan kaum Muslim menjadi syuhada, termasuk paman Rasul SAW, Hamzah bin Abdul Muthalib. Mereka syahid karena menjadi perisai (tameng) Rasulullah SAW dari pasukan Quraisy.

 

Abu Dujana menjadikan dirinya sebagai perisai untuk melindungi Rasul SAW dengan membungkukkan punggungnya sehingga lemparan anak panah musuh mengenai dirinya. Ia pun syahid.

 

Peristiwa peperangan ini dapat dilihat pada Alquran surah Ali Imran ayat ke-121 hingga 175. Heroisme peperangan Uhud ini terekam pula dalam hadis-hadis, yang termaktub kitab Jami' ash-Shahih, karya Imam Bukhari, jilid 4, yakni bab tentang jihad.

 

Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan, menyuruh budaknya, Wahsyi al-Habsyi untuk membunuh Hamzah pada perang Uhud ini. Sebab, pada perang Badar, Hamzah berhasil membunuh ayah Hindun. Karena itu, ia akan memerdekakan Wahsyi al-Habsyi apabila berhasil membunuh Hamzah.

 

Hal yang sama juga diungkapkan Zubair bin Mut'im. Ia berjanji kepada Wahsyi akan memerdekakannya bila berhasil membunuh Hamzah, yang telah membunuh paman Zubair dalam peperangan Badar. Umat Islam yang terbunuh kemudian dimakamkan di tempat tersebut.

Peristiwa peperangan ini dapat dilihat pada Alquran surah Ali Imran ayat ke-121 hingga 175.

Penyebab kekalahan

 

Sebagaimana terekam dalam Alquran dan berbagai buku sejarah Islam, peristiwa kekalahan umat Islam dalam perang Uhud ini meninggalkan duka yang mendalam. Bahkan, Rasul SAW pernah mengatakan, ''Sungguh besar murka Allah pada orang-orang yang melakukan ini (menunjuk luka-luka yang ada di wajahnya) kepada Nabi-Nya.''

 

Rasul SAW sangat sedih mengingat peristiwa itu. Kemenangan yang sudah di depan mata, sirna karena pasukannya begitu gampang tergoda dengan gelimang harta perang. Mereka meninggalkan pos-nya demi sekadar urusan dunia. Dalam Alquran diterangkan, kekalahan itu menjadi ujian bagi kaum Muslimin (QS Ali Imran [3]: 141) dan orang-orang munafik (ayat 166-167).

 

''Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar (QS 3:142). ''Apakah jika dia (Muhamamd) wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.'' (144).

 

''Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.'' (ayat 145). Karena itu, sudah selayaknya umat Islam menjadi kuat dan tidak takut terhadap apa pun. (146) Mereka juga tidak boleh taat pada orang-orang kafir (149), karena Allah akan memasukkan ke dalam hati orang-orang kafir itu rasa takut (151).

DOK WIKIPEDIA

Sebab-sebab kekalahan itu diterangkan dalam ayat 152-155.

 

''Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul), sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai [238]. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian, Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.'' (152).

 

''(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput daripada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.'' (153).

 

''Kemudian setelah kamu berduka cita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: ''Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?.'' Katakanlah: ''Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah.'' Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: ''Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.'' Katakanlah: ''Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.'' Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.'' (154).

 

''Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.'' (155).

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Cinta Rasul pada syuhada Uhud

 

Jabal Uhud, nama sebuah bukit terbesar di Madinah. Jaraknya sekitar lima kilometer dari pusat kota. Ia menjadi saksi bisu peristiwa peperangan yang telah menewaskan Hamzah 'Singa Allah' (Asadullah) dan 70 syuhada lainnya.

 

Jabal Uhud merupakan kumpulan bukit-bukit yang berdiri sendiri atau tidak bersambung dengan bukit lainnya, sebagaimana umumnya bukit di Madinah. Karena itu pula, bukit ini disebut Uhud karena posisinya yang sendiri atau menyendiri (Uhud). Bukit Uhud sendiri berwarna kemerah-merahan, seakan mengingatkan umat Islam akan peristiwa yang bersejarah itu.

 

Rasulullah SAW bersabda, ''Mereka yang dimakamkan di Uhud tak memperoleh tempat lain, kecuali rohnya berada di dalam burung hijau yang melintasi sungai surgawi. Burung itu memakan makanan dari taman surga dan tak pernah kehabisan makanan. Pada syuhada itu berkata, siapa yang akan menceritakan kondisi kami kepada saudara kami bahwa kami sudah berada di surga.''

 

Maka Allah berfirman, ''Aku yang akan memberi kabar kepada mereka.'' Kemudian, turunlah firman-Nya, yakni Alquran surah Ali Imran ayat ke-169 dan 170. Artinya, “Janganlah kamu mengira bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka berada dalam keadaan senang disebabkan karunia Allah yang diberikan kepada mereka, dan mereka bersuka cita terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”

 

Rasul SAW sangat mencintai para syuhada Uhud. Karena itu, Rasul SAW senantiasa mendatangi Uhud untuk berziarah ke makam para syuhada tersebut. Sepeninggal Nabi SAW, para sahabat seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab, juga turut mengunjungi dan menziarahi para syuhada Uhud.

 

Kini, di makam para syuhada Uhud itu telah dibangun sebuah pagar keliling setinggi 1,75 meter. Di area pemakaman, tak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan yang menandakan ada makam para syuhada.

 

Para jamaah haji dan umrah, ataupun umat Islam yang bekunjung ke Arab Saudi, biasanya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengunjungi jabal Uhud, sekaligus berziarah ke makam syuhada Uhud.

top